Rindu Pembelajaran Tatap Muka

Pandemi covid-19 memaksa dunia pendidikan melaksanakan proses pembelajaran yang belum terbayangkan sebelumnya, yaitu proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah (BDR). Berbagai keluhan dan kendala harus dihadapi oleh sekolah terkait kegiataan PJJ/BDR tersebut. Mulai dari sulitnya peserta didik memahami materi pelajaran, kegamangan orang tua yang harus mengajari anaknya di rumah, kendala jaringan internet ketika harus melakukan pembelajaran daring, jarak yang berjauhan ketika tidak bisa daring dan harus mengumpulkan siswa ke suatu tempat terbuka, kesulitan guru mendatangi peserta didik, kendala kuota intenet, dan berbagai kendala lainnya yang menyertai pelaksanaan PJJ/BDR.

Oleh karenanya PJJ/BDR berdampak pada hilangnya kemampuan peserta didik dalam pembelajaran (learning lost). Apabila kondisi demikian terus berlanjut maka akan sangat merugikan bagi generasi muda yang digadang-gadang akan menjadi pemimpin masa depan di era Indonesia Emas yaitu 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Peserta didik nampaknya sudah merasa jenuh belajar dalam ruang yang terbatas dapat dapat berinteraksi secara langsung dengan teman-teman mereka. Demikian juga para orang tua sangat mengharap agar sekolah dapat dibuka kembali dan anak-anak mereka dapat belajar di sekolah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat kembali membawa peserta didik ke bangku sekolah agar mereka dapat belajar secara optimal dengan guru-guru.

Sejak Maret 2020 (pembelajaran tatap muka dihentikan karena covid-19) hingga Desember 2021, maka genap 1 tahun 9 bulan tidak diselenggarakan PTM di SMA Negeri 6 Banjarmasin. Pada hari Senin tanggal 03 Januari 2022 merupakan hari pertama bagi seluruh peserta didik jenjang SMA di Kalimantan Selatan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. SMA Negeri 6 Banjarmasin menjadi bagian dari pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas tersebut dan peserta didik sangat antusias kembali ke sekolah untuk dapat belajar bersama teman-teman dan juga guru. Saat ini PTM dilaksanakan terbatas, yaitu 50% dari peserta didik hadir ke sekolah dan 50% belajar di rumah. Semoga PTM terbatas berjalan lancar tanpa melahirkan kluster sekolah, sehingga harapannya adalah dilaksanakan PTM 100%.